Judul buku :
Si Doel
Penulis :
Rano Karno
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan :
Pertama, Oktober 2016
Tebal :
202 Halaman
ISBN :
978-602-03-3456-1
Saat kisah hidup politikus dibukukan, sebagian besar orang akan berasumsi
buku itu akan dibanjiri pejalanan karir politiknya. Menjadi kampanye
terselubung. Menggembar-gemborkan kebajikannya demi meraih kekuasaan di level
yang lebih luhur. Namun tidak dengan
Rano Karno yang mengisahkan hidupnya dalam buku Si Doel. Semuanya kompatibel
dengan porsi yang berimbang.
Si Doel mengisahkan
dinamika kehidupan Rano Karno dari hanya anak Gang Kepu di Kemayoran hingga
menjadi orang nomor satu di Banten. Ia yang lahir dari seorang aktor nomor wahid,
Soekarno M Noer (hal 2). Tak heran sampai saat ini ia sudah membintangi 76 film
juga 16 sinetron. Kunci kesuksesannya menjadi aktor, seniaman, penulis hingga
pemimpin adalah membaca buku dan doa dari orangtua. Sejak usia 7 tahun Rano
rajin membaca buku di Balai Pustaka, ia juga senang datang ke taman bacaan di
Pasar Senen.
Rano sangat mencintai ibunya. Ia menjadi seperti itu karena satu
ketika pernah diceritakan ibunya. Saat itu orangtua Rano bertengkar, bapaknya
lebih senang menyapa nenek Rano sepulang syuting ketimbang istrinya, bahkan
uangnya pun diberikan pada nenek Rano. Tak disangka pertengkaran itu membuat bapaknya
menangis di kamar. Istrinya kaget melihat suami yang tabah, tegar, tegas dan
kuat, menitikan airmata saat membicarakan sosok ibu. Bapaknya lalu meminta ibu
Rano untuk membahagiakan nenek. “Siapa tahu besok dia meninggal,” kata bapak
Rano pada istrinya (hal 37). Dari situlah kemudian Rano menjadi sosok yang
sangat mencintai ibu. Hal ini juga dinyatakan oleh Yessy Gusman, lawan main film
Rano. “Jika ada orang yang mencintai ayah-ibunya, Insya Allah dia orang baik,
Rano seperti itu,” (hal 9).
Masa remaja Rano digelimangi prestasi. 7 tahun menyutradarai dan
menjadi bintang di sinetron Si Doel Anak sekolahan penghargaan tak hentinya
mengalir. Survey Research Indonesia menempatkan sinetron itu sebagai drama seri
terfavorit, melengkapi penghargaan pemain anak terbaik FFI, pemain anak terbaik
Asia Pasifik, Tokoh televisi, sutradara, pemain dan sinetron terbaik yang
pernah diterima Rano. Penganugrahan bergengsi lainnya hadir pada Festival
Sinetron Indonesia di tahun 1994 dan 1995, penghargaan khusus sinetron paling
disukai pemirsa adalah penghargaan yang paling berkesan baginya.
Saat sukses menjadi aktor, menurut teman-teman Rano, sosok Rano
Karno tetap sederhana. Ia tidak pernah dugem, tidak mengoleksi mobil mewah atau
perilaku tidak bermoral lainnya. Atas kesuksesan sinetron dan kesusilaannya,
Rano diganjar penghargaan lain, pada 2003 Ia diangkat sebagai duta khusus
Indonesia dalam bidang pendidikan UNICEF. “Selama satu tahun saya menjadi duta
UNICEF, saya berkampanye tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak,” (hal
146).
Pada 2007 Rano terjun ke dunia politik. Maret 2008 ia resmi menjadi
wakil Bupati Kabupaten Tangerang mendampingi Ismet Iskandar. Rano mendapat
tugas berat menjalankan pemerintahan di bidang kepemudaan, koordinator
lalulintas, narkotika, olahraga, pariwisata dan lingkungan hidup. Rano
mengemban tugas selama 3 tahun 9 bulan sebab ia terpilih sebagai wakil Gubernur
Banten periode 2012-1017.
Proses menjadi orang nomor satu di Banten adalah masa paling sulit
di karir politiknya. Banyak cemooh dan caci maki. Rano disuap, Rano dibeli, Rano
dapat “mahar” untuk tinggalkan jabatan. Banyak tudingan semacam itu dialamatkan
padanya. Saat menjadi Gubernur definitif, Rano dipusingkan dengan “preman
proyek” peninggalan rezim sebelumnya yang selalu minta “jatah”. Tidak mau
praktek KKN terus menjamur, Rano kemudian meminta bantuan KPK ngantor
di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten.
Berharap Banten bisa terbebas dari korusi.
Kehidupan Rano tak sesempurna yang idolanya bayangkan. Banyak
kegagalan di rumah tangga, keluarga, karir hingga kisah cintanya. Namun Rano tetap
menuliskannya dan dengan elegan ia mengubahnya menjadi sebuah prestasi. Tak
hanya mengumbar prestasi Rano juga menceritakan prosesnya.
Diresensi oleh Rudi Rustiadi, relawan Komunitas #BukuSiDoel, alumni
Kelas Menulis Rumah Dunia.
Terus berkarya, Bang Rano Karno
BalasHapus