Wilujeng Sumping. Terima kasih sudah mampir ke Blog ini. Blog ini hanya untuk belajar menulis. Silahkan berikan komentar jika senang dengan isi Blog ini !

Post Page Advertisement [Top]



Catatan Hari Buku Nasional
Seminggu tiga kali saya selalu menyempatkan diri berkunjung ke Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD), baik untuk membaca atau meminjam buku. Pada tanggal 17 Mei lalu, saya juga meluangkan waktuuntuk berkunjung. Ada yang berbeda di BPADhari itu, pengunjungnya lebih ramai dari hari-hari biasanya.Rupanya BPAD sedang menggelar acara dalam rangka memperingati hari buku nasional yang jatuh pada setiap tanggal 17 Mei. Kegiatannya berlangsung hingga 23 Mei. Acara itu bertajuk Banten Book Fair 2016 Sebagai Sarana Edukasi, Informasi dan Rekreasi Menuju Banten Gembar Membaca.
Hari itu acara Banten Book Fair dibuka oleh kepala BPAD, Andi Fatmawaty dan Sekretaris Daerah Provinsi Banten, Ranta Soeharta. Keduanya sepakat bahwa kegiatan yang rutin dilaksanakan BPAD setiap tahunnya ini bertujuannya untuk memantik minat baca masyarakat. Hal yang memang semestinya dilakukan, karena setiap harinya BPAD secara langsung bersinggungan dengan buku dan tak lepas dari kegiatan membaca. Perpustakaan dan buku memang dua elemen yang tidak bisa dipisahkan. Di mana ada perpustakaan bisa dipastikan ada buku di sana.
Berbicara tentang memantik minat baca masyarakat, rasa-rasanya akan sulit—bukan bermaksud mengajak pembaca untuk pesimis—jika BPAD hanya memanfaatkan perayaan hari buku nasional yang diperingati setiap satu tahun sekali untuk mendongkrak minat baca masyarakat, mengingat belum kokohnya pondasi budaya membaca di Banten, bahkan di republik ini. Untuk melestarikan minat baca, kiranya diperlukan kegiatan rutin di lingkungan BPAD yang sifatnya periodik dengan jangka waktu yang lebih pendek. Setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali misalnya.
Kegiatan itu tentunya tidak boleh lepas dari literasi (budaya membaca-menulis). Sebab literasi menjadi salah satu jalan untuk menumbuhkan cinta masyarakat terhadap membaca, yang kadang terkendala oleh rasa malas baik membacaataumembeli buku.
Padahal manfaat membaca sangatlah krusial.Membaca merupakan instrumen fundamental yang mempu mengubah dan meningkatkan kualitas personal.Sebab membaca merupakan aktivitas memasukkan teks atau fenomena yang kita lihat dan rasakan kedalam alam pikiran yang kemudian diproses hingga menghasilkan suatu penilaian, rasa bahkan ide baru. Shindunata dalam bukunya, Bukuku kakiku (Gramedia Pustaka Utama, 2004) menuliskan, “membaca itu sesungguhnya bukan sekadar memasukkan teks ke dalam dirinya. Lebih dari itu, membaca itu adalah suatu pergulatan yang berat. Sebab sebelum membaca, pembaca sudah membawa bekal dalam dirinya, entah pengalamannya, sejarahnya, perasaannya, keputusasaan atau harapannya, kegagalan atau kesuksesannya. Bekal itu bisa menjadi pendukung yang mengiyakan apa yang dibaca, tapi juga bisa menolak apa yang dibaca....”
Adanya gagasan baru, penolakan ataupun kesepakatan yang muncul setelah kita membaca itulah yang kiranya bisa diakomodir BPAD, misalnya dengan mengadakan lomba menulis resensi dan mendiskusikannya. Sehingga pengunjung lebih partisipatif dengan BPAD, bukan sekadar pinjam-meminjam buku. Pengunjung diberi fasilitas lain, yaitu ruang untuk mendiskusikan atau sharing terkait isi dan pemahaman pembaca atas bacaannya.
Lomaba menulis resensi juga sedikit demi sedikit dapat meningkatkan minat baca masyarakat. Sebab, mau tidak mau untuk menuliskan sebuah resensi penulis harus membaca buku yang akan diresensi. Juga membaca buku-buku yang berkaitan untuk menunjang wawasan saat meresensi.
Agar lebih menarik dan memicu partisipasi dari pengunjung, maka perlu adanya hadiah sebagai pemantik. Tidak perlu hadiah mewah, cukup dengan buku terbitan terbaru. Bukan tidak mungkin juga dengan adanya lomba resensi tidak hanya menjadikan BPAD tempat yang informatif dan edukatif, tapi juga rekreatif, semakin banyak pengunjung yang datang.
Jikapun ada kegiatan selain lomba resensi, yang nantinya dipilih BPAD untuk terus mengawal minta baca masyarakat, kegiatan itu mestilah dengan waktu yang bersifat kontinuitas dengan rentang waktu yang pendek, tidak setahun sekali. Sebab membangun budaya baca tidak bisa dengan langkah sekali gerakdan tempo singkat. Perlu waktu yang lama dengan agenda berkala yang terstruktur dan masif.
Langkah itu bisa kita mulai dari sekarang dengan sama-sama membangun mindset dan menyebarluaskan bahwa perpustakaan bukan hanya sekadar tempat pinjam-baca buku saja.Perpustakaan harus kita jadikan wadah untuk mengeksplorasi diri, berekspresi dan berkretivitas bagi pengunjungnya.
Meski begitu acara gagasan BPAD yang berlangsung satu minggu ini tetaplah harus dan layak mendapatkan acungan jempol dari khalayak. Momentum hari buku nasional tahun 2016 ini dimanfaatkan BPAD dengan melakukan serangkaian acara literasi yang variatif, tidak hanya sekadar bazar buku dan hibah buku, melainkan bedah buku dan aneka kegiatan dan lomba literasi lainnya. Selain itu BPAD juga menghadirkan tokoh literasi lokal Banten, Rully Ferdiansyah dan Eten Sutendi, duta baca, Najwa Shihab hingga sastrawan nasional, Habiburrahman El Shirazy.Acara itu semakin meriah dengan 35 stan yang berjajar rapi mulai dari pintu gerbang hingga pintu masuk, menjajakan buku, galeri komunitas baca, hingga kerajinan tangan stan hibah buku.
Apresiasi lain juga harus kita berikan sebab selama ini BPAD terus berbenah dengan berbagai revolusi dan inovasi, dengan adanya fasilitas freewifi, ruang internet, pemutaran film dan penambahan jam buka di hari Minngu. Kedepannya saya berharap BPAD tidak bosan untuk terus berinovasi, menjadikan perpustakaan lebih partisipatif dengan melibatkan pengunjungnya makin intens lagi. Hal itu diperlukan sebagai warna baru untuk menghilangkan kejenuhan pengunjung BPAD.
Sekali lagi peringatan hari buku nasional tidak akan berdampak maksimal, jika kita hanya memperingatinya sebatas seremonial belaka tanpa adanya gerakan yang masif. Sebab hal yang lebih penting lagi dari peringatan hari buku nasional adalah bagaimana budaya baca dan cinta buku itu dilestarikan. Hari buku nasional ini juga bukan hanya menjadi momentum bagi BPAD untuk melecutkan semangat membaca di Banten, akan tetapi ini juga waktu yang tepat untuk kita semua mengakrabi buku di lingkungan terdekat kita, agar literasi di Indonesia khususnya Banten tumbuh dan berkembang dengan kokoh sebagaimana mestinya!

Rudi Rustiadi, penulis buku Tur Literasi Anyer-Panarukan

Kabar Banten, 30 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentarnya

Bottom Ad [Post Page]