Wilujeng Sumping. Terima kasih sudah mampir ke Blog ini. Blog ini hanya untuk belajar menulis. Silahkan berikan komentar jika senang dengan isi Blog ini !

Post Page Advertisement [Top]



November adalah bulan kenangan, bisa jadi itulah yang ada dalam hati setiap veteran. November menjadi bulan di mana mereka dengan penuh emosi menceritakan kembali kisah heroik mereka mengusir penjajah pada anak-cucunya. Bulan di mana mereka dihargai sebagai patriot yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa. Bulan di mana nasionalisme mereka dihormati setinggi-setingginya.
Sedangkan November bagi masyarakat awam adalah bulan di mana setiap lapisan berusaha mengenang dan merenungkan jasa dan nilai-nilai perjuangan para pahlawan untuk terus kita teladani. Ritus itu dilakukan dengan beragam cara yang berbeda-beda. Hal yang paling lumrah kita saksikan adalah dengan upacara pengibaran bendera dan menonton film sejarah atau perjuangan.
Secara harfiah pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran—pejuang yang gagah berani. Saat ini bentuk kepahlawanan seperti itu (pejuang yang gagah berani) tidak lagi relevan. Sebab kepahlawanan semacam itu tidak akan lagi bisa kita temukan sekarang. Kita tidak akan lagi seperti Soekarno yang mesti diasingkan ke Ende karena memperjuangkan kemerdekaan. Atau para pahlawan lainnya, yang dengan semangat menggebu dan tujuan yang besar, berjuang mengusir penjajah dengan segenap jiwa raga mereka, dengan harta dan airmata bahkan darah dan nyawa.
Pada generasi saat ini, jika kita ingin dikenang dengan nama yang harum layaknya sorang pahlawan yang dahulu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Maka tugas pertama kita adalah mencari lalu memberi makna baru “kepahlawanan” sesuai dengan perkembangan zaman. Kita juga mesti menemukan “Penjajah” untuk kita perangi. Nasionalisme dan patriotisme bukan lagi tentang mengacungkan bambu runcing kepada para penajajah. Makna pahlawan pada saat ini adalah mereka yang membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain, dan bagaimana cara kita mengawal kemerdekaan sesungguhnya untuk bangsa.
Untuk itu kita juga harus punya tujuan besar seperti halnya pahlawan yang dulu berjuang, mereka punya visi yang besar yaitu kemerdekaan. Selain itu kita juga mesti memiliki sikap dan perilaku layaknya para pahlawan terdahulu seperti rela berkorban, pantang menyerah, percaya pada kemampuan diri sendiri. Karena untuk menjadi pahlawan, kita juga mesti punya hati layaknya pahlawan. Perjuangan kita mesti dipersembahkan untuk bangsa tanpa embel apapun. Seperti yang dikatakan mantan presiden Amerika Serikat, Jhon F Kennedy, “Jangan tanya apa yang negara berikan padamu, tapi tanya apa yang telah kauberikan pada negaramu.
Setiap sejarah ada masanya, dan setiap masa ada sejahnya. Tentu menjadi sebuah kebanggaan jika kita bisa menjadi bagian dari sejarah tersebut. Dan sebetulnya kita semua punya kesemaptan untuk menjadi pahlawan di generasi kita.
Awal milenium 2000-an, di Banten lahir sebuah learning center berbasis komunitas literasi bernama Rumah Dunia. Di komunitas yang mengajarkan jurnalistik, menulis fiksi dan bermacam-macam kesenian seperti teater, musik dan lukis itulah awal literasi di Banten ditanamnkan. Lambat-laun Rumah Dunia dikenal dengan visi yang besar dalam mempelopori dan mengawal perkembangan literasi di Banten. Melalui relawannya, Rumah Dunia gencar mengkampanyekan dan mensosialisasikan pentingnya budaya literasi.
Sekarang sudah satu dekade lebih, Rumah Dunia tak lagi sendiri, telah lahir organisasi, forum dan komunitas seruapa Rumah Dunia yang acuh terhadap literasi. Salahsatunya Relawan Banten Membaca, organisasi yang dibentuk untuk mengapresiasi dan merangkul pegiat literasi Banten dalam satu wadah. Relawan Banten Membaca mensinergikan semua pegiat literasi baik itu, guru, polisi, pedagang, supir, mahasiswa, komunitas dan lainnya yang dulu bergerak secara personal. Dengan misi agar gerakan literasi di Banten semakin masif. Anggotanya tersebar di seluruh kabupaten kota se-Provinsi Banten, dari tingkat kabupaten/kota, kecamatan hingga kampung.
Tidak hanya sekadar menjadi wadah, Relawan Banten Membaca juga terjun men-suport kebijakan pemerintah menyoal literasi. Salah satunya ikut aktif terlibat dengan program Gerakan Banten Membaca yang merupakan manuver untuk membangkitkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat di Banten akan manfaat besar dari budaya membaca. Yang juga implementasi atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan menyulut aksi melek literasi ini di antaranya adalah melalui perintisan dan penguatan program 1 desa 1 TBM, mengundang penulis, diskusi literasi, donasi buku, bedah buku, menyediakan akses buku bacaan dengan bergrilia hingga pelosok-pelosok kampung. Serta sederet aksi literasi lainnya
Meski tidak akan dikenal sebagai pahlawan secara individu, Rumah Dunia dan Relawan Banten Membaca akan dikenang sebagai gerakan yang positif dalam perkembangan Banten—khususnya literasi. Rumah Dunia dan Relawan Banten Membaca hanya contoh bagaimana cara mempertahankan meneruskan perjuangan para pahlawan. Tidak mesti di bidang literasi. Bisa dengan cara dan bidang lain, sesuai dengan disiplin ilmu dan basic yang kita miliki. Dan dengan cara kita masing-masing, yang terpenting adalah sejauh mana kita sudah menjadi bagian dalam proses pembangunan bangsa ini—kuhusunya Banten.
Hari pahlawan ini tentunya menjadi satu permenungan kita bersama mempertahankan dan melanjutkan perjuangan. Karena sejatinya 10 November yang dijadiakn seluruh rakyat Indonesia sebagai hari memperingati pahlawan adalah mempertahankan bukan lagi merebut. Peristiwa 10 November 1945 di hotel Yamato, Surabaya, adalah bentuk pempertahankan kemerdekaan Indonesia atas pasukan Inggris yang mencoba merusak kemerdekaan Republik Indonesia.
Lalu sekarang, akankah kita menjadi generasi yang sekadar berpangku tangan menikmati kemajuan teknologi, tanpa melakukan apa-apa? Menjadi generasi yang hilang terhapus masa? Atau menjadi generasi yang dicatat sebagai pahlawan? Pilihan itu ada di tangan kita. Selain Rumah Dunia dan Relawan Banten Membaca tentu masih banyak sosok pahlawan lainnya. Yang melakukan aksi nyata tanpa diketahu kalayak banyak. Sekecil apapun yang kita lakukan jika berdampak positif maka kita adalah pahlawan! Selamat hari pahlawan dan selamat berjuang untuk Banten yang lebih baik!


Kabar Banten, 11 November 2016
Rudi Rustiadi, penulis buku Mendadak Traveling

1 komentar:

Terima kasih untuk komentarnya

Bottom Ad [Post Page]